Tafsir Ar-Rahman [55] Ayat 3-4 : Siapa yang Menciptakan Manusia? Siapa yang Membuat Kita Bisa Berbicara?
September 19, 2020 Oleh : Ust. Faisal Hilmi, S.Th.I
Pendiri PKTQ & Khodimul Ma'had Pesantren Qur'an Anamfal
خَلَقَ الْاِنْسَانَۙ. عَلَّمَهُ الْبَيَانَ
"Dia menciptakan manusia (3). Mengajarnya pandai berbicara (4)."
(QS. Ar-Rahman [55] : 3-4)
Pesona Tafsir Nusantara QS. Ar-Rahman [55] ayat 3 dan 4 |
Makna Kata
خَلَقَ : Dia menciptakan
الْاِنْسَانَۙ : Manusia
عَلَّمَهُ : Mengajarnya
الْبَيَانَ : Pandai berbicara
Tafsir Nusantara
Dalam Tafsir Qur’an Karim (Prof. KH. Mahmud Yunus), Tafsir Qur’an (KH. Zainuddin Hamidy dan KH. Fachruddin HS), dan Tafsir Rahmat (KH. Oemar Bakry), ketiganya sepakat memaknai ayat 3 bahwa Allah lah yang menciptakan manusia. Jadi, kita sekarang yang sedang bernafas dan beraktifitas ini Tuhan infokan dalam kitab suci. Kita ini diciptakan. Diadakan, dulunya tidak ada.
Menariknya ayat 3 ini merujuk pada ayat 1 yang menciptakan, Ar-Rahman, sifat Allah yang Maha Kasih Sayang. Artinya, kita diciptakan karena kasih sayang Tuhan pada hamba-Nya. Ini fitrah kehidupan kita. Kita harus berbahagia. Kecuali jika membangkang perintah agama, dan melabrak yang telah jelas dilarang. Kasih sayang ini bisa berubah jadi laknat dan penyesalan.
Setelah kita diciptakan, ayat 4 menjelaskan bahwa kita diajarkan Allah bisa berbicara. Bahkan beberapa mufassir mengartikan pandai berbicara. Lebih dari bisa. Seperti yang dimaknai oleh Kementerian Agara RI dan Tafsir Rahmat. Juga disebutkan dalam Tafsir Rahmat, bahwa kemampuan berbicara ini adalah nikmat dari Allah. Sudah kita mensyukurinya?
Tafsir Qur’an Karim memaknainya dengan, “Telah mengajarkan kepadanya perkataan.” Sedang Tafsir Qur’an dimaknai “Dan mengajarkan kepadanya berbicara terang.” Lanjutnya beliau menafsirkan ayat 4 ini, “Al-Bayan artinya kecerdasan berfikir, dapat mengerti dengan terang dan sanggup pula memberikan pengertian kepada orang lain dengan terang pula.”
Wallahu a'lam bis shawab' (Hanya Allah yang tahu kebenarannya).
Tulisan ini bagian Pesona Tafsir Nusantara.
0 komentar