Soal Hafal Al-Qur'an : Haruskah Seorang Mufassir Hafal Qur'an?
July 10, 2021Ust. Ziyad Ulhaq bersama mahasiswinya di IIQ Jakarta |
Kebetulan, sang pendebat adalah seorang tokoh agama berkulit hitam dari daratan Afrika. "Tak bisa ditawar, seorang mufassir itu harus hafal AlQuran!", tegas sang professor.
Praktis, pernyataan tersebut membuat kami semua yang berada di kelas itu sejenak tertegun. Sebab, mayoritas kami; peserta pelatihan da'i international di Universitas Al-Azhar tak hafal Al-Quran.
Bagi kami, peserta dari Indonesia sih bisa memahami pernyataan sang professor itu. Bahkan, dengan logika yang sederhana. Tapi, teman-teman kami yang berasal dari afrika, mereka tak dapat menerimanya.
Mereka berdalih, dengan kecanggihan tekhnologi saat ini; aplikasi Al-Qur'an digital berbagai bentuk dan rupa, maktabah shameela, digital library dan pelbagai aplikasi digital lainya, tak perlu-lah seorang mufassir itu hafal Al-Quran.
Sang professor pun menimpali, "Coba bayangkan bila ada gangguan satelit, apa aplikasi itu bisa digunakan? Demikian pula bila ada spam dan virus, pelbagai aplikasi digital itu pun tak dapat dibuka! Lalu, masihkah aktifitas penafsiran Al-Quran itu dapat berlangsung?
Itulah mengapa, kata ganti yang digunakan pada ayat penjagaan Al-Quran; mencakup aspek materi ayat, bacaan (qiraat), dan juga "tafsir" (Qs. Al Hijr [15] : 9) berbentuk jamak, innaa (nahnu). Sebab, Allah SWT melibatkan mereka (manusia) yang "terpilih" untuk turut menjaganya, bukan alat atau aplikasi.
Aplikasi digital hanya media. Karena itu, sepanjang sejarah, tak ada satupun mufassir (berbahasa arab) yang tak hafal Al-Quran. Bilapun ada, kitab tafsir-nya biasanya kontroversial. Setidaknya kredibilitas penulisnya yang akan dipersoalkan lebih dulu.
Menafsirkan Al-Quran itu ibarat mengenal seseorang. Sangat-lah naif, Anda mengaku mengenal seseorang dengan baik, luar dan dalam, padahal anda jarang bertemu dengan orang tersebut.
Pantaskah anda berkomentar perihal orang itu, padahal Anda tak mengenalnya dengan baik. Sok akrab namanya! Layakkah anda menafsirkan Al-Quran, padahal Anda tak sering membacanya apalagi menghafal-nya, Extra Over PD sebutnya!
Tak dipungkiri, penghafal Al-Quran, adalah orang yang paling sering membuka dan membaca Al-Quran, hingga mengulang-mengulang hafalan menjadi niscaya. Di titik ini, tak ada satupun yang meragukannya kecuali orang yang belum "terbuka" hati dan pikiran-nya.
Nantikan bagian selanjutnya...
0 komentar